Ruang Pengetahuan tanpa Batasan.. Sebagai dasar pondasi terhadap perluasan pemikiran kita.. Diambil dari berbagai referensi yang tersedia.. dari, Ruang Pengetahuan tanpa Batasan..
Jumat, Januari 29, 2010
Maling Ayam dan Koruptor
Kenapa hukuman bagi koruptor lebih “enak” daripada tukang maling ayam? Sering kita lihat di media masa bagaimana seorang pencuri (maling) ayam babak belur dihajar masa. Berdarah-darah, dengan muka hampir tak berbentuk lagi. Dan yang paling tragis, ada juga yang dibakar hidup-hidup, disiram minyak atau bensin, tak kenal kasihan. Ngeri bila kita menyaksikannya. Di lain pihak, tak jarang pula kita saksikan bagaimana seorang koruptor, yang telah menggondol milyaran uang rakyat, hukumannya malah “enak”. Tak tersentuh pentungan aparat hukum, apalagi hajaran masa. Dengan fasilitas serba lengkap dan wah, sang koruptor bisa nyenyak tidur walau tinggal dalam penjara. Sang koruptor hanya pindah tidur, dari rumahnya ke “hotel” yang ada di penjara. Untung itu juga bisa ketangkap dan dipenjarakan. Sedangkan koruptor-koruptor lain, masih bisa dengan lihai lepas dari jerat hukum dengan alasan kesehatan. Tak adil! Itulah pastinya, bagi kita kebanyakan, yang bisa dikatakan. Tapi, ada teman saya yang mengatakan bahwa sebenarnya sudah adil (untuk ukuran dunia). Entah, saya tak tahu apakah teman saya itu bercanda atau serius. “Adil apanya?”, pikir saya mula-mula. Dengan kecemerlangan idenya, teman saya itu memberi jawaban matematis yang masuk akal atas pertanyaan yang saya tulis di awal artikel ini. Supaya lebih enak dibaca dan tak menyinggung langsung pihak-pihak tertentu, saya tak akan langsung menceritakan jawaban yang diutarakan teman saya itu. Saya lebih suka mendongeng saja. Biar bisa menulis lebih banyak, biar bisa bermain kata-kata, biar bisa lancar bertutur secara tulisan, biar busa kata yang menumpuk ini bisa keluar. Dan, biar-biar yang lainnya. Ya sudah, mudah-mudahan Anda tak sabar. Begini dongeng bohong-bohongannya. Sebut saja namanya Buxh, seorang koruptor yang baru saja diadili dan kena hukuman selama lima tahun penjara. Sebut juga Walxer, seorang raja maling ayam yang sudah bikin polisi bosan karena seringnya ia keluar masuk penjara. Kali ini Walxer dihukum agak lama, selama setahun, karena selain mencuri ayam ia juga melukai sang pemilik ayam yang berusaha mempertahankan ayamnya. Kebetulan, Buxh dan Walxer untuk sementara diinapkan di sel yang sama. Dalam sel tersebut, terjadilah perbincangan hangat di antara mereka. Seperti layaknya orang yang baru kenal, mereka pun memulai obrolan dengan basa-basi dulu. Selanjutnya begini obrolannya itu. **Walxer:** “Hai Buxh, kamu enak ya banyak uang. Hukumannya juga bakal enak, *ga* akan lama di sini. Sebentar lagi kamu pindah ke tempat yang nyaman” **Buxh:** “Iya dong..” **Walxer:** “Wah, dunia ini *ga* adil, pengadilan di negeri ini *ga* adil. Kamu yang maling milyaran uang rakyat malah akan dihukum di tempat enak. Aku, yang cuma maling ayam untuk nyambung makan saja, harus babak belur begini. Sial!” **Buxh:** “Hush…, siapa bilang ga adil?” **Walxer:** “Lho... kamu ini gila ya...? *Bayangin aja*, kamu *nyuri* uang milyaran, lha aku cuma maling ayam, yang paling kalau dijual laku Rp. 30.000 perak saja! Aku dibikin bonyok begini, lha kamu malah akan enak-enakan nanti...” **Buxh:** “Gini aja, kita bandingkan secara matematis, mana di antara kita yang paling banyak merugikan. Kamu Rp. 30.000, dan aku Rp. 2.000.000.000 (dua milyar)...” **Walxer:** “Lhooo kamu ini, di mana-mana juga, dua milyar itu pasti jauh lebih gede daripada tiga puluh ribu perak... gila kamu! *Ga* usah dibandingkan juga sudah jelas!” **Buxh:** “*Gini* cara membandingkannya. Kamu kan *nyuri* ayam pada satu orang. Harga ayam Rp.30.000. Jadi, Rp 30.000 dibagi sengan satu, artinya kamu merugikan orang lain sebesar Rp. 30.000” Walxer mendengarkan dengan serius….. **Buxh:** “Nah, sedangkan aku, *ngambil* uang rakyat negeri ini, cuma dua milyar. Nah, kamu tahukan kalau jumlah rakyat di negeri ini sekitar 200.000.000 (dua ratus juta) jiwa? Makanya, aku hanya merugikan orang lain itu cuma Rp.10 (sepuluh rupiah) saja, hasil dari dua milyar dibagi dua ratus juta. Iya *engga*? Makanya wajar saja, hukuman aku enak. Lha wong cuma Rp. 10,- saja, mana mungkin ada yang tega memukuli aku gara-gara *nyuri* uang segitu, sepuluh perak yang tak berarti…” Walxer termenung memikirkan penjelasan Buxh, dan… **Walxer:** “ Iya ya…., wah kalau begitu enak juga jadi koruptor…?” (Pikiran Walxer melayang-layang, ....) Perbincangan pun sempat terhenti beberapa saat. Buxh tampak bangga bisa meyakinkan Walxer. Kemudian...? Saya sebenarnya ingin melanjutkan dongeng tersebut. Berhubung, khawatir menyinggung-nyinggung secara langsung, ya saya hentikan saja dongengnya. Mau tahu lanjutannya? Tentang Penulis: Master Student of Freudenthal Institute, Utrecht University, The Netherlands Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia (dulu, namanya IKIP Bandung)
Catatan: Tulisan ini bisa juga dibaca di sini:
http://mathematicse.wordpress.com/2007/04/01/maling-ayam-dan-koruptor/
Selasa, Januari 26, 2010
ACFTA-PASAR BEBAS 2010: “INDONESIA, BUNUH DIRI”
Rizal Ramli: ACFTA Harus Dinegosiasi Ulang
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komite Indonesia Bangkit Rizal Ramli mengatakan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) yang berlaku sejak 2005 harus dinegosiasi ulang agar Indonesia bisa punya kesempatan untuk meningkatkan daya saingnya.
"AFTA adalah peluang karena banyak barang kita yang komplementer, sementara ACFTA itu harus direnegosiasi, kalau perlu diundur lima tahun," kata Rizal dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, dalam waktu lima tahun itu pemerintah harus mempersiapkan industri dalam negeri agar produknya bisa bersaing dengan produk China yang murah.
"Dalam lima tahun itu kita lakukan perubahan misalnya mempersiapkan industri yang lemah supaya produktifitasnya lebih tinggi," ujarnya.
Rizal menjelaskan beberapa langkah yang harus diambil pemerintah antara lain adalah mengubah kebijakan ekonomi yang saat ini dinilai lebih mengutamakan sektor keuangan dari pada sektor riil.
"Pemerintah harus mengganti garis (kebijakan) ekonomi yang sangat mendewakan sektor keuangan dan tingkat bunga yang tinggi menjadi tingkat bunganya rendah serta mengganti kebijakan nilai tukar yang terlalu menyerahkan pada pasar menjadi nilai tukar yang jauh lebih lemah," jelasnya.
Menurut Rizal, tanpa perubahan tersebut Indonesia hanya akan menjadi pemasok bahan mentah dan bahan baku bagi industri manufaktur China dan menjadi pasar produk-produk China yang murah.
"Kalau ada perubahan garis dan arah itu baru Indonesia bisa menarik manfaat dari FTA dengan China," ujarnya.
Rizal yang mantan Menteri Koordinator Perekonomian pada masa Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu mengatakan produk China selama ini bisa sangat bersaing dengan produk manapun di dunia karena kebijakan pemerintahnya yang sangat mendukung industri dalam negerinya.
"Nilai tukar China sengaja dibuat lebih murah dan lemah harga jual ekspornya menjadi lebih murah di negara lain," tuturnya.Tingkat bunga kredit di China juga sangat murah dibanding Indonesia sehingga industrinya sangat bergairah untuk terus berekspansi.
Rizal mencontohkan, selisih bunga kredit dan simpanan di Indonesia mencapai tujuh persen sementara di China bunga pinjamannya bisa hanya satu persen.
Selain perbedaan kebijakan nilai tukar dan bunga perbankan, China juga memiliki keunggulan dalam hal produktivitas pekerjanya yang lebih tinggi dengan tingkat upah yang sama murahnya dengan di Indonesia.
Menurut Rizal, Indonesia tidak bisa mengandalkan produk pertanian dan perkebunan meski Indonesia lebih unggul dibanding China. "Kalau kita hanya mengandalkan produk pertanian dan perkebunan, kita hanya akan kembali ke struktur ekonomi kolonial, yaitu menjadi sumber bahan baku dan pasar produk murah saja," katanya.
Rizal mengingatkan jika pemerintah membiarkan terbentuknya struktur ekonomi kolonial itu maka masyarakat kelas menengah di Indonesia tidak akan terbentuk. Yang ada hanya dua kelompok masyarakat yaitu 20 persen yang mampu dan sisanya masyarakat miskin.(*)
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/1263291431/rizal-ramli-acfta-harus-dinegosiasi-ulang
Mulai 1 Januari 2010, Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-negara ASEAN dan Cina. Sebaliknya, Indonesia dipandang akan mendapatkan kesempatan lebih luas untuk memasuki pasar dalam negeri negara-negara tersebut.
Pembukaan pasar ini merupakan perwujudan dari perjanjian perdagangan bebas antara enam negara anggota ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam) dengan Cina, yang disebut dengan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Perjanjian ini sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2002. Pertanyaannya, apakah kebijakan pasar bebas ini akan membawa perubahan nasib rakyat negeri ini yang masih dihimpit dengan kemiskinan?
Pro-Kontra Pasar Bebas ASEAN-Cina
Pihak yang pro menyatakan ACFTA tidak hanya berarti ancaman serbuan produk-produk Cina ke Idonesia, tetapi juga peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Cina dan negara-negara ASEAN. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menegaskan bahwa free trade agreement (FTA) memberikan banyak manfaat bagi ekspor dan penanaman modal di Indonesia (Kompas, 5/1/2010).
Kekhawatiran akan dampak negatif perdagangan bebas ASEAN-Cina juga ditepis Pemerintah melalui Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu. Menurut Abimanyu, proporsi perdagangan antara Indonesia, ASEAN dan Cina hanya 20% saja.
Sebaliknya, Ernovian G Ismy, Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia menyatakan kekhawatirannya atas pemberlakukan perdagangan bebas ASEAN-Cina, di antaranya terjadinya perubahan pola usaha yang ada dari pengusaha menjadi pedagang. Intinya, jika berdagang lebih menguntungkan karena faktor harga barang-barang impor yang lebih murah, akan banyak industri nasional dan lokal yang gulung tikar hingga akhirnya berpindah menjadi pedagang saja (Republika, 4/1/2010).
Ernovian mencontohkan, jumlah industri tekstil dari kelas industri kecil hingga besar bisa mencapai 2.000. Jika setiap industri tekstil mampu menyerap 12-50 orang tenaga kerja, maka bisa dibayangkan kehancuran industri karena akan banyak pengusaha yang beralih dari produsen tekstil menjadi pedagang. Hal ini sekaligus berdampak pada berkurangnya penyerapan tenaga kerja.
Mantan Dirjen Bea Cukai, Anwar Surijadi, juga mempertanyakan manfaat pemberlakukan perdagangan bebas ini bagi masyarakat (Republika, 4/1/2010).
Hal yang sangat dikhawatirkan mengenai dominasi Cina terhadap Indonesia juga disampaikan Menteri Perindustrian MS Hidayat. Menurut Hidayat, dalam kerangka ACFTA yang berlatar belakang semangat bisnis, Cina bisa berbuat apa pun untuk mempengaruhi Indonesia mengingat kekuatan ekonominya jauh di atas Indonesia (Bisnis Indonesia, 9/1/2010).
Pelaku pasar di sektor usaha kecil memahami dan merasakan betul risiko dan dampak dari perdagangan bebas ini. Sekitar 1.000 orang pelaku usaha kecil dan menengah yang tergabung dalam komunitas UMKM DI Yogyakarta mendatangi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DIY, Senin (11/1/2010). Mereka mendesak DPRD, DPR dan pemerintah pusat melindungi produk-produk UMKM yang terancam produk-produk Cina seperti batik, tekstil, kerajinan, jamu dan lainnya. Para petani di bagian Indonesia timur juga mengeluh dan mengkawatirkan dampak matinya produk beras mereka. (Antara, 11/1/2010). Masih banyak lagi kenyataan yang menunjukkan bahwa perdagangan bebas secara liar justru akan menjerumuskan rakyat ke dalam jurang kemiskinan dan menjadikan rakyat hanya sebatas konsumen, jongos bahkan lebih buruk dari itu.
‘Bunuh Diri Ekonomi’
Sebelum adanya perjanjian perdagangan bebas dengan Cina saja, kita sudah mendapatkan hampir segala lini produk yang dipergunakan di rumah dan perkantoran bertuliskan Made in China. Bahkan tidak sedikit produk dari negara maju yang masuk ke Indonesia pun mengikutsertakan produk Cina sebagai perlengkapannya. Seorang ekonom yang juga pejabat menteri ekonomi di Kabinet Pemerintahan sekarang mengomentari bahwa dengan dimulainya perdagangan bebas Indonesia-Cina, serbuan produk Cina ke Indonesia akan “seperti air bah”.
Karena itu, pemberlakuan pasar bebas ASEAN-Cina sudah pasti menimbulkan dampak sangat negatif. Pertama: serbuan produk asing terutama dari Cina dapat mengakibatkan kehancuran sektor-sektor ekonomi yang diserbu. Padahal sebelum tahun 2009 saja Indonesia telah mengalami proses deindustrialisasi (penurunan industri). Berdasarkan data Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, peran industri pengolahan mengalami penurunan dari 28,1% pada 2004 menjadi 27,9% pada 2008. Diproyeksikan 5 tahun ke depan penanaman modal di sektor industri pengolahan mengalami penurunan US$ 5 miliar yang sebagian besar dipicu oleh penutupan sentra-sentra usaha strategis IKM (industri kecil menegah). Jumlah IKM yang terdaftar pada Kementrian Perindustrian tahun 2008 mencapai 16.806 dengan skala modal Rp 1 miliar hingga Rp 5 miliar. Dari jumlah tersebut, 85% di antaranya akan mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan dengan produk dari Cina (Bisnis Indonesia, 9/1/2010).
Kedua: pasar dalam negeri yang diserbu produk asing dengan kualitas dan harga yang sangat bersaing akan mendorong pengusaha dalam negeri berpindah usaha dari produsen di berbagai sektor ekonomi menjadi importir atau pedagang saja. Sebagai contoh, harga tekstil dan produk tekstik (TPT) Cina lebih murah antara 15% hingga 25%. Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat Usman, selisih 5% saja sudah membuat industri lokal kelabakan, apalagi perbedaannya besar (Bisnis Indonesia, 9/1/2010). Hal yang sangat memungkinkan bagi pengusaha lokal untuk bertahan hidup adalah bersikap pragmatis, yakni dengan banting setir dari produsen tekstil menjadi importir tekstil Cina atau setidaknya pedagang tekstil. Sederhananya, "Buat apa memproduksi tekstil bila kalah bersaing? Lebih baik impor saja, murah dan tidak perlu repot-repot jika diproduksi sendiri."
Gejala inilah yang mulai tampak sejak awal tahun 2010. Misal, para pedagang jamu sangat senang dengan membanjirnya produk jamu Cina secara legal yang harganya murah dan dianggap lebih manjur dibandingkan dengan jamu lokal. Akibatnya, produsen jamu lokal terancam gulung tikar.
Ketiga: karakter perekomian dalam negeri akan semakin tidak mandiri dan lemah. Segalanya bergantung pada asing. Bahkan produk "tetek bengek" seperti jarum saja harus diimpor. Jika banyak sektor ekonomi bergantung pada impor, sedangkan sektor-sektor vital ekonomi dalam negeri juga sudah dirambah dan dikuasai asing, maka apalagi yang bisa diharapkan dari kekuatan ekonomi Indonesia?
Keempat: jika di dalam negeri saja kalah bersaing, bagaimana mungkin produk-produk Indonesia memiliki kemampuan hebat bersaing di pasar ASEAN dan Cina? Data menunjukkan bahwa tren pertumbuhan ekspor non-migas Indonesia ke Cina sejak 2004 hingga 2008 hanya 24,95%, sedangkan tren pertumbuhan ekspor Cina ke Indonesia mencapai 35,09%. Kalaupun ekspor Indonesia bisa digenjot, yang sangat mungkin berkembang adalah ekspor bahan mentah, bukannya hasil olahan yang memiliki nilai tambah seperti ekspor hasil industri. Pola ini malah sangat digemari oleh Cina yang memang sedang "haus" bahan mentah dan sumber energi untuk menggerakkan ekonominya.
Kelima: peranan produksi terutama sektor industri manufaktur dan IKM dalam pasar nasional akan terpangkas dan digantikan impor. Dampaknya, ketersediaan lapangan kerja semakin menurun. Padahal setiap tahun angkatan kerja baru bertambah lebih dari 2 juta orang, sementara pada periode Agustus 2009 saja jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,96 juta orang.
Walhasil, perdagangan bebas yang dijalani Pemerintah hakikatnya adalah ‘bunuh diri’ secara ekonomi.
Perdagangan Bebas: Haram!
Pada prinsipnya pasar bebas merupakan bagian dari paket liberalisasi ekonomi. Liberalisasi ekonomi, selain berarti menghilangkan peran dan tanggungjawab pemerintah dalam sektor ekonomi, kemudian menyerahkan semuanya kepada individu dan mekanisme pasar (kekuatan penawaran dan permintaan). Liberalisasi ini sekaligus akan merobohkan hambatan untuk perdagangan internasional dan investasi agar semua negara bisa mendapatkan keuntungan dari perdagangan dan mengalirnya investasi.
Pandangan ini jelas bertentangan dengan Islam dilihat dari tiga aspek:
Pertama, dihilangkannya peran negara dan pemerintah di tengah-tengah masyarakat, yang notabene harus berperan dan bertanggung jawab terhadap seluruh urusan rakyatnya. Padahal dengan tegas Rasulullah saw. bersabda:
فَاْلأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ
Pemimpin (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas pengurusan mereka (HR Muslim).
Kedua, perdagangan bebas, dimana seluruh pemain dunia, bisa bermain di dalam pasar domestik tanpa hambatan, tanpa lagi dilihat apakah pemain tersebut berasal dari Dar al-Harb Fi’lan atau tidak, juga jelas bertentangan dengan Islam. Sebab, Islam memandang perdagangan internasional tersebut berdasarkan pelakunya; jika berasal dari Dar al-Harb Fi’lan, seperti AS, Inggeris, Perancis, Rusia, dsb, jelas haram.
Ketiga, perdagangan bebas, dari aspek kebebasan masuknya investasi dan dominasi asing di dalam pasar domestik, jelas menjadi sarana penjajahan yang paling efektif, dan membahayakan perekonomian negeri ini. Dalam hal ini, jelas haram, karena Allah SWT berfirman:
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا
Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang Mukmin (Q.s. an-Nisa’ [04]: 141).
Selain itu, Nabi saw. juga bersabda:
لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ فِي الإسْلاَمِ
Tidak boleh ada bahaya dan dhirar di dalam Islam (H.r. Ibn Majah)
Perjanjian perdagangan bebas seperti ACFTA merupakan bentuk penghianatan terhadap rakyat yang seharusnya dilindungi dari ketidakberdayaan ekonomi. Dengan perjanjian tersebut, sengaja atau tidak, Pemerintah telah membunuh usaha dan industri dalam negeri baik skala besar apalagi skala kecil, yang tentu akan berdampak pada makin meningkatnya angka pengangguran.
Sesunguhnya Islam telah menawarkan kepada umat suatu sistem ekonomi yang dapat membangun kemandirian negara sekaligus menjamin berkembangnya industri-industri dalam negeri serta sektor ekonomi lainnya. Sistem Ekonomi Islam mengatur kepemilikan individu, kepemilikan negara dan kepemilikan umum. Kewajiban negara adalah memastikan tersedianya bahan baku, energi, modal dan pembinaan terhadap pelaku ekonomi rakyatnya. Negara juga wajib mengatur ekspor dan impor barang sehingga betul-betul bisa mendatangkan kemaslahatan bagi masyarakat. Eskpor bahan mentah, misalnya, seharusnya dibatasi. Sebaliknya, ekspor barang-barang hasil pengolahan yang lebih memiliki nilai tambah harus terus ditingkatkan selama telah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebaliknya, impor barang-barang yang bisa mengancam industri dalam negeri harus dibatasi. Impor seharusnya hanya terbatas pada barang-barang yang bisa memperkuat industri di dalam negeri. Semua itu dilakukan antara lain dalam melindungi berbagai kepentingan masyarakat. Sebab, kewajiban negaralah untuk menjadi pelindung bagi rakyatnya. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. []
KOMENTAR ALISLAM:
Presiden SBY berjanji akan terus tingkatkan kualitas demokrasi (Kompas, 12/1/2010).
Demokrasi yang bekualitas tak menjamin apapun selain menjadi sumber kesengsaraan.
Sumber : http://hizbut-tahrir.or.id/2010/01/12/acfta-pasar-bebas-2010-bunuh-diri-ekonomi-indonesia/Selasa, Januari 05, 2010
TENTANG MARS
NEW YORK - Fenomena munculnya cahaya berwarni-warni di atas langit kutub yang biasa disebut aurora juga terjadi di atmosfer planet selain Bumi. Jika di Saturnus baru saja diketahu, di Planet Mars malah sudah berhasil dipetakan.
Kemunculan aurora-aurora di Mars sepanjang tahun berhasil direkam wahana Mars Express milik badan antariksa Eropa yang kini mengorbit planet tersebut. Tim peneliti dari Perancis berhasil mengamati sembilan aurora di atmosfer Mars dan menyusunnya dalam satu peta.
Cahaya-cahaya tersebut tampak dengan warna antara hijau hingga ungu. Seperti hlanya aurora yang terbentuk di atsmofer Bumi, cahay tersebut pada dasarnya ultraviolet yang terbentuk saat partikel-partikel bermuatan lsitrik dari Matahari bereaksi karena pengaruh medan magnet planet tersebut.
Cadangan Es Setebal 800 Meter Ditemukan di MarsPara ilmuwan NASA telah menemukan cadangan es dalam jumlah besar di bawah permukaan Planet Mars jauh dari kutubnya. Penemuan ini semakin menguatkan pendapat bahwa kehidupan mungkin masih dapat bertahan di sana.
Cadangan es dideteksi radar yang mampu menembus ketebalan tanah dari Mars di wahana Mars Reconnaissance Orbiter yang mengorbit Mars. Temuan ini mengejutkna karena terdapat di Cekungan Hellas di belahan selatan yang jauh dari kutub.
Pengukuran radar menunjukkan salah satu cadangan es yang terdeteksi memiliki ketebalan hingga lebih dari 800 meter terkubur di bawah lapisan tanah dan batuan. Sementara luas cadangan tersebut mencapai tiga kali luas Kota Los Angeles, AS.
"Secara keseluruhan, gletser-gletser ini hampir dapat dipastikan sebagai cadangan air beku terbesar di Mars, dan bukan tudung es di kutub," kata John Holt, seorang pakar geofisika pada Universitas Texas, Austin, AS yang juga penyusun utama laporan tentang penemuan tersebut. Laporan penemuan itu dipublikasikan dalam jurnal Science edisi 21 Nopember.
Para ilmuwan pada tim riset beranggotakan 12 orang itu menduga cadangan air beku itu adalah peninggalan Jaman Es di Mars pada jutaan tahun silam. Karena air merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan, para ilmuwan mengatakan keberadaan es adalah tanda yang menjanjikan bagi kehidupan di luar Bumi.
Mars adalah satu-satunya planet yang permukaannya dapat dilihat secara terinci dari Bumi. Suhunya antara -140 derajat Celsius hingga 20 derajat celsius. Sebelumnya telah ditemukan bukti-bukti cadangan es di sekitar kutub. Wahana Phoenix Mars Lander bahkan telah membuktikan bahwa di bawah permukaan kutub Mar terdapat molekul-molekul es.
Di samping nilai ilmiah penemuan tersebut, cadangan es ini juga dapat dipertimbangkan menjadi sumber air untuk mendukung penjelajahan Mars mendatang.
Bukti Pertama Ada Danau di Mars
Ngarai dalam dan panjang serta bekas pantai barangkali merupakan bukti paling jelas mengenai keberadaan danau di permukaan Mars. Menurut beberapa ilmuwan, Rabu (17/6), diduga danau itu pernah berisi air, tetapi kini sudah kering.
Gambar dari sebuah kamera yang disebut High Resolution Imaging Science Experiment di pesawat Reconnaissance Orbiter menunjukkan air memotong ngarai sepanjang 50 kilometer. Demikian diungkapkan tim di University of Colorado, Boulder.
"Danau itu diduga memiliki ukuran 200 kilometer persegi dan kedalaman 450 meter," tulis para peneliti tersebut di jurnal Geophysical Research Letters dan dilansir Reuters.
Sekarang tak ada perdebatan bahwa air memang ada di permukaan Mars; robot peneliti telah menemukan es. Juga ada bukti bahwa air mungkin masih merembes ke permukaan dari bawah tanah, kendati air itu segera hilang akibat cuaca dingin, atmosfer tipis Planet Merah tersebut.
Beberapa ilmuwan mengenai planet juga telah melihat apa yang boleh jadi merupakan tepi sungai raksasa dan laut, tetapi sebagian bentuk itu juga dapat diperdebatkan dan diduga terbentuk oleh longsoran tanah kering. "Ini adalah bukti pertama yang tak meragukan mengenai garis pantai di permukaan Mars," kata Gaetano Di Achille, yang memimpin studi tersebut.
"Pengidentifikasian jalur pantai dan bukti ekologi yang menyertai memungkinkan kami menghitung ukuran dan volume danau itu, yang tampaknya terbentuk sekitar 3,4 juta tahun lalu," kata Di Achille dalam satu pernyataan.
Air adalah kunci bagi kehidupan dan para ilmuwan mencari dengan sia-sia bukti mengenai kehidupan, baik pada waktu lalu, maupun sekarang, di Mars. Keberadaan air di planet itu juga dapat bermanfaat bagi penelitian manusia pada masa depan. "Di Bumi, delta dan danau adalah pengumpul yang sangat bagus dan pelestari tanda kehidupan masa lalu," kata Di Achille. "Jika kehidupan pernah ada di Mars, delta mungkin menjadi kunci guna membuka rahasia biologi masa lalu di Mars," kata Di Achille.
"Bukan hanya penelitian ini membuktikan bahwa ada sistem danau yang lama hidup di Mars, tapi kita juga dapat melihat bahwa danau yang terbentuk setelah kondisi hangat, basah, diduga telah hilang," kata asisten profesor, Brian Hynek.
Danau tersebut barangkali telah menguap atau membeku selama perubahan iklim singkat. Demikian dikatakan para peneliti itu. Airnya diduga telah berubah menjadi uap. Tak seorang pun mengetahui apa yang mengubah Mars dari planet yang hangat dan lembab menjadi seperti sekarang: gurun beku tanpa udara.