Jumat, November 06, 2009

Mengelola Keuangan Keluarga

Uang seringkali menjadi penyebab terjadinya perceraian. Perselisihan mengenai keuangan bisa saja terjadi disaat uang melimpah maupun disaat kekurangan uang. Masyarakat Indonesia merasa risih bila harus membicarakan masalah keuangan dalam keluarga. Oleh karena itu kami merasa perlu untuk terus menyerukan kepada semua kalangan masyarakat terutama pasangan suami istri untuk belajar saling terbuka mengenai keuangannya masing-masing. Kami sangat percaya bahwa setiap orang memiliki pandangan mengenai uang yang berbeda-beda karena suami atau istri dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Kegagalan dalam membicarakan soal uang di dalam keluarga berpotensi menimbulkan permasalahan.

Banyak orang merasa bahwa membicarakan keuangan dalam keluarga adalah tabu. Namun menurut hemat kami, hal ini malah seharusnya dibicarakan. Kalangan ini pernah berpikir, Apakah dengan membiarkan persoalan keuangan dalam keluarga belarut-larut akan menyelesaikan segalanya? Atau bisa menjadi bola salju yang terus membesar? Persoalan kecil bisa menjadi besar bila tidak diatasi dan diselesaikan dengan bijak. Oleh karena itu dalam hal keuangan keluarga sangat dibutuhkan sebuah pola pengelolaan dimana masing-masing individu di dalam keluarga (suami dan istri) memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Dengan pembagian tanggung jawab serta diskusi yang mendalam dapat meringankan persoalan yang mungkin timbul di masa depan.

Berikut ini ada tiga tipe pengelolaan yang bisa Anda pilih sesuai dengan keinginan Anda bersama pasangan Anda. Tentunya masih banyak lagi pola pengelolaan yang ada. Hal terpenting disini adalah saling keterbukaan serta menjalani kehidupan keluarga dengan tanggung jawab bersama.

1. Uang bersama dan Sistem Amplop
Penghasilan suami istri langsung digabung bersama. Setelah itu, gabungan kedua pendapatan langsung dialokasikan ke pos-pos pengeluaran rutin yang telah dihitung lebih dulu. Lazimnya, setiap pos diwakili oleh satu amplop. Pos-pos pengeluaran itu, pada beberapa keluarga, bukan saja kebutuhan rumah tangga makan minum, dan listrik saja, tapi juga termasuk membayar kredit rumah, cicilan mobil, listrik, telepon, uang sekolah anak, asuransi dan kebutuhan mobil (bensin, servis berkala, kerusakan, dan lain-lain). Bahkan tabungan, pengeluaran pribadi ayah-ibu dan liburan pun jadi amplop tersendiri. Bila ada sisa, dimasukkan ke dalam tabungan suami atau istri, atau khusus membuka lagi account bersama di bank untuk "menampung" sisa amplop setiap bulannya.












2. Membagi Berdasar Persentase

Bentuk manajemen ini adalah membagi tanggung jawab dalam bentuk jumlah atau persentase Seluruh kebutuhan keluarga setiap bulan dihitung termasuk pos darurat dan pos tabungan. Masing-masing sepakat menyumbang sebesar jumlah tertentu untuk menutupi kebutuhan tersebut. Sisanya digunakan sebagai tabungan pribadi untuk kebutuhan pribadi. Misalnya, istri membeli parfum, lipstik, atau baju. Bisa juga tanpa menghitung kebutuhan keluarga terlebih dahulu, suami-istri memberi kontribusi yang sama berdasarkan prosentase. Misalnya 80:20. Artinya, masing-masing “menyetor” 80 persen dari gajinya. Sisa 20 persen disimpan untuk diri sendiri. Jika bisa berhemat, dari uang bersama yang 80 persen, bisa tersisa untuk tabungan keluarga, di samping suami dan istri juga masing-masing punya tabungan pribadi.

3. Membagi Tanggung Jawab


Misalnya, suami mengeluarkan biaya untuk urusan “berat”, seperti membayar kredit rumah, cicilan mobil, listrik, telepon, uang sekolah anak, kebutuhan mobil, dan asuransi. Sementara bagian istri adalah belanja logistik bulanan, pernak-pernik rumah, jajan, dan liburan akhir pekan dan pos tabungan. Dilihat dari jumlahnya, suami menanggung lebih banyak dana. Tapi istri juga punya peranan dalam kontribusi dana rumah tangga. Kalau ternyata istri yang memiliki pendapatan lebih besar, tentunya hal ini juga bisa dilakukan sebaliknya.

Mana yang terbaik? Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan tentunya kesepakatan antara suami dan istri. Diskusikan hal ini dengan pasangan masing-masing, agar persoalan keuangan keluarga bukan lagi menjadi masalah dalam keluarga.

Kalau istri tidak bekerja? Bagaimana?


Ketiga contoh diatas merupakan pola alokasi dari pendapatan suami dan istri. Dimana suami dan istri bekerja dan menghasilkan pendapatan secara regular setiap bulannya. Bagaimana pula bila hanya suami atau istri yang bekerja? Sedangkan pasangan yang lainnya tinggal di rumah?

Bila hal ini yang menjadi pola keuangan di keluarga Anda tentunya akan sangat baik bila Anda dan pasangan Anda membicarakan tugas serta tanggung jawab masing-masing. Mungkin Anda sebagai suami karena bekerja yang berusaha memenuhi semua kebutuhan keluarga. Sedangkan istri yang tinggal di rumah bertanggung jawab dalam hal rumah tangga, mulai dari persoalan belanja regular bulanan sampai alokasi tabungan (dari pendapatan suami) untuk berbagai macam tujuan keuangan keluarga yang dimiliki. Dalam hal ini istri harusnya seperti manejer dalam sebuah perusahaan.

Dengan membagi tanggung jawab bersama, suami tidak lagi merasa lebih dibandingkan istri. Karena kedua individu dalam keluarga tersebut memiliki tanggung jawab masing-masing. Untuk itulah keterbukaan dan diskusi mengenai keuangan menjadi sangat dibutuhkan.

Tiga hal penting dalam mengelola keuangan bersama


Pertama, pembagian kerja sangatlah dibutuhkan dalam hal mengatur keuangan. Contoh singkatnya, siapa yang membayar semua kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Misalkan Anda sebagai istri yang harus membayarnya maka suami dalam hal ini harus mentransfer dana yang cukup setiap bulannya untuk memenuhi semua kebutuhan keuangan keluarga.

Bila Anda memutuskan untuk mendelegasikan satu orang untuk membayar semua tagihan bulanan keluarga maka hal penting yang harus diperhatikan adalah kejujuran. Dimana Anda berdua haruslah terbuka satu dengan yang lain berkenaan dengan permasalahan uang. Jangan sampai bila Anda menggunakan rekening bersama dan salah satu dari Anda mengambil dana dalam jumlah besar dan tidak mengatakan kepada pasagan Anda. Begitu pasangan Anda membutuhkan untuk hal yang sangat penting ternyata dan yang tersedia tidak mencukupi.

Kedua, pengeluaran yang disepakati menjadi sangat vital. Anda berdua harus mencapai kata sepakat dalam merencanakan pengeluaran. Hal ini biasanya berkaitan dengan pengeluaran yang tidak tetap, misalkan keputusan untuk mengganti mobil dengan yang baru setelah beberapa tahun? Atau apa yang Anda berdua pikirkan berkenaan dengan liburan? Sebagai kesimpulan, Anda harus membicarakan dan bersepakat dalam kebutuhan yang harus dipenuhi, apa yang menjadi keinginan bersama dan apa yang dapat Anda penuhi.

Hal terakhir
yang menjadi sangat penting adalah menabung. Dalam hal ini visi kedepan menjadi sangat penting. Dimana dengan tujuan yang Anda dan pasangan tentukan akan memberikan motivasi serta pemilihan strategi yang dapat membantu Anda mencapai tujuan masa depan yang dimiliki. Dengan begitu Anda juga akan melihat pentingnya pengalokasian dana saat ini dan dimulai saat ini juga.

Demikianlah ulasan singkat seputar uang dalam kaitannya dengan hubungan suami istri di dalam keluarga. Semoga memberikan masukan dan tambahan ilmu bagi Anda.



















Mengatur Keuangan Sepanjang Masa


Perjalanan kehidupan kita di dunia pasti akan melalui fase-fase berikut, mulai dari masa kanak-kanak, dewasa, tua, pensiun dan akhirnya meninggal. Umumnya, setiap fase memiliki tujuan keuangan yang berbeda.

Diagram di bawah ini merupakan fase yang umum dilalui oleh manusia. Setiap individu pasti memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. sehingga kita sebagai individu harus melihat dan merencanakan perjalanan dalam fase kehidupan kita masing-masing dengan baik dan benar sesuai dengan jalan hidup yang kita inginkan.

Kalau melihat diagram siklus kehidupan di atas, tentunya semua kita dilahirkan dan pada satu masa kita akan kembali ke Sang Pencipta. Selama perjalanan kehidupan, umumnya kita akan melalui fase-fase seperti di atas, fase anak-anak—masa lajang—masa awal pernikahan ”masa orang tua”masa pensiun dan akhirnya kita kembali dipanggil oleh Maha Kuasa.

Usia kita dalam melalui fase diatas akan sangat beragam. Ada yang masuk fase awal pernikahan diusia 20-an tapi ada juga yang sudah memasuki usia 30 tahunan.

Dalam kaitannya dengan usia, kami ingin sedikit memberikan gambaran perencanaan bagi mereka dalam beberapa kelompok usia mulai dari usia 20 tahunan mulai dari fase masa lanjang sampai fase awal pernikahan.
Kemudian, usia 30-40 tahunan, masa orang tua. Usia 50 tahunan masuk ke dalam fase masa tua dan masa pensiun. Setiap kelompok usia memiliki ciri umum perencanaan yang dibutuhkan.

Pentingnya Perencanaan di Usia 20 Tahunan

Banyak orang tidak melakukan perencanaan di usia 20, mereka merasa masih memiliki waktu panjang nantinya. Nikmati saja dulu, padahal dalam masa ini perlu kiranya kita membangun kebiasaan yang baik berkaitan dengan keuangan, misalnya dari sisi pengeluaran dan kebiasaan menabung. Kebiasaan ini tidak datang begitu saja, harus dilakukan secara berkesinambungan.

Mempelajari perihal anggaran dan investasi menjadi topik penting yang perlu dipahami, di saat Anda masih berusia 20 tahunan.

Kalau saja mereka memahami konsep nilai waktu uang dan konsep bunga berbunga, tentunya mereka tidak akan dengan seenaknya menghabiskan uang hasil kerja kerasa selama satu bulan hanya untuk keperluan sesaat.

Dalam konsep nilai waktu uang dan konsep bunga berbunga, semakin panjang waktu yang dimiliki tentunya akan semakin sedikit tabungan yang dibutuhkan setiap bulannya untuk mencapai target tujuan yang sama. Atau dengan nilai investasi yang sama dan asumsi tingkat bunga sama, hasil dari investasinya akan semakin besar bila Anda melakukanya dalam waktu yang lebih panjang.

Sebagai contoh, kita gunakan tiga simulasi, yang pertama Andi saat ini berusia 25 tahun, Tuti 35 tahun, dan Anto 45 tahun. Masa pensiun bagi mereka adalah diusia 55 tahun.

Lihat perkembangan investasi yang mereka lakukan setiap bulan sejumlah Rp 1 juta dengan tingkat suku bunga 8%. Dalam kehidupan nyata, pajak berpengaruh dan menurunkan jumlah keuntungan yang bisa Anda peroleh.(lihat tabel)

Jelas terlihat dari tabel di atas, bahwa waktuk adalah faktor eksternal yang tidak bisa kita hindari, tapi dari sisi waktu, bila Anda memiliki kemauan tentunya Anda dapat melakukannya lebih cepat, yaitu di usia Anda 20 tahun.

Menetapkan Tujuan Keuangan Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang

Menetapkan tujuan keuangan spesifik merupakan langkah awal terpenting dalam proses perencanaan keuangan. Di usia 20 tahunan, tujuan jangka pendek yang umum adalah menyiapkan biaya pernikahan, membeli mobil atau motor, dan masih banyak lagi tergantung dari setiap individu.

Yang terpenting di sini adalah tujuan yang ingin dicapai 3-5 tahun ke depan. Jangka menengah antara 5-10 tahun, umumnya adalah membeli rumah, menyiapkan biaya pendidikan anak dana lain-lain. Nah untuk tujuan jangka panjang adalah masa pensiun. Persiapan ini sebaiknya dilakukan sejak dini.

Dari semua tujuan keuangan yang Anda miliki perkirakan berapa besar nilai tujuan tersebut dan dengan nilai tersebut berapa nilai tabungan yang harus diinvestasikan secara regular setiap bulan yang harus disisihkan. Untuk perhitungan ini pernah kita bahwa secara detail di ulasan yang lalu.

Pentingnya Memahami Konsep Investasi

Masyarakat sering tergiur dengan berbagai tawaran yang secara akal sehat tentunya akan sangat sulit untuk didapatkan, misalkan kasus PT. Qsar yang banyak merugikan masyakarat.

Satu kata kunci dalam berinvestasi adalah tidak ada investasi tanpa risiko. Semuanya ada risiko. Yang terpenting adalah mengenali risiko tersebut dan apa yang bisa dilakukan untuk menguranginya.

Hukum investasi yang tak bisa dihindari adalah semakin tinggi ekspektasi tingkat keuntungan, semakin tinggi pula risiko. Kita perlu mempelajari berbagai alternatif investasi dari sisi keuntungannya tapi jangan lupa juga perihal risikonya.

Keseimbangan keduanya menjadi tujuan kita semua. Strategi investasi menyebar dana di berbagai instrumen investasi adalah langkah bijak dalam memaksimalkan keuntungan dengan risiko yang terukur, strategi ini dikenal dengan sebutan diversifikasi.

Setalah Anda memahami dasar-dasar investasi dan mempelajari kelebihan dan kekurangan masing-masing instrumen yang terkait dengan keuangan Anda, mulailah untuk menginvestasikan dana secara regular untuk mencapai tujuan keuangan yang telah Anda tetapkan.

Evaluasi Perencanaan Menjadi Keharusan

Di usia 20-an tentunya Anda sudah menyelesaikan pendidikan Anda dan bekerja di sebuah perusahaan yang Anda inginkan.

Penghasilan pun sudah diterima setiap bulannya. Begitu Anda memasuki usia 30 tahunan, biasanya secara karier Anda sudah mulai mapan, walau mungkin Anda masih akan berpindah pekerjaan sebelum Anda pensiun.

Rasanya di usia ini Anda sudah berkeluarga. Hal ini tentunya akan mengubah berbagai prioritas keuangan yang sebelumnya tidak masuk dalam perencanan selama masih bujang, misalkan biaya pendidikan, liburan bersama keluarga, membeli rumah dan lain-lain.

Oleh karenanya, begitu keluarga sudah menjadi prioritas Anda, tentunya Anda harus mengevaluasi kembali tujuan keuangan yang telah ditetap dahulu. Perubahan ini harus dilakukan karena tentunya Anda harus mempertimbangkan hal lain dalam menetapkan tujuan keuangan keluarga.

Di rentang usia 30-40, Anda harus terus mengevaluasi berbagai investasi yang telah Anda lakukan untuk mencapai tujuan keuangan jangka menengah dan panjang. Merevisi anggaran juga harus dilakukan agar tetap sesuai dengan perubahan yang terjadi di keuangan keluarga.

Begitu Anda berkeluarga, prioritaskan untuk memiliki berbagai proteksi, mulai dari kematian, sakit, critical illness, dan lainnya agar risiko ini tidak merusak kondisi keuangan keluarga yang sudah baik.

Biaya Pendidikan Anak dan Masa Pensiun

Dalam rentang usia ini (30-40) tentunya, Anda harus sudah melaksanakan persiapan biaya pendidikan anak. Biaya pendidikan semakin hari semakin mahal saja. Dari pemantauan kami, peningkatakan pertahunnya jauh lebih besar dari tingkat inflasi, terutama berkaitan dengan uang pangkal. oleh karenanya sangat bijak untuk mulai sejak dini untuk menyiapkan biaya pendidikan buat anak-anak Anda.

Saat ini di Indonesia, banyak orang beranggapan bahwa dengan adanya Jamsostek dan program pensiun yang diberikan oleh perusahaan sudah cukup. Perhitungkan dulu.

Dalam banyak konsultasi yang kami lakukan, ternyata kedua hal ini tidaklah cukup sehingga dibutuhkan langkah yang tepat untuk menabugn atau investasi secara mandiri untuk mencapai kehidupan masa pensiun yang Anda inginkan. Jamsostek merupakan awal dan Anda tetap harus bertanggung ajwab lebih besar untuk menyiapkan masa pensiun yang Anda inginkan.

Apakah Anda Akan Mendapatkan Apa yang Diinginkan?

Waktu pun berjalan, dan sekarang Anda memasuki usia 50 tahun. Dari sisi investasi kami menganjurkan agar alokasinya lebih moderat, yang tadinya sebagai besar di saham mungkin hal ini sebaiknya dikurangi dan dipaindah ke instrumen investasi yang lebih rendah risiko.

Di usia ini, harapannya anak-anak sudah mulai besar dan dapat menghidupi kebutuhannya sendiri. Anda sekarang dapat lebih fokus pada persiapan masa pensiun yang Anda inginkan. Di usia ini sebaiknya Anda mulai menghitung apakah kebutuhan penisun yang Anda inginkan dapat terpenuhi dengan berbagai inevstasi yang telah Anda lakukan.

Semua ini harus diperhitungkan dan dianalisis apakah Anda akan defisit atau surplus selama masa pensiun Anda? Perhitungan ini sangat penting dilakukan karena Anda sudah dekat dengan masa pensiun Anda dan bila ternyata dana yang saat ini sudah terkumpul tidak mencapai apa yang Anda harapkan—defisit—alokasikan lebih besar dana untuk tujuan pensiun tersebut. misalkan, tadinya hanya 15% dari gaji yang dialokasikan untuk tujuan ini, sekarang Anda tingkatkan menjadi 20% atau malah 25%. Menurut hemat kami, hal ini dimungkinkan bila anak-anak sudah bisa mandiri dan Anda memiliki kapasitas untuk menabung lebih besar.

Demikian ulasan yang bisa kami sampaikan untuk artikel kali ini, bagaimana? Apakah Anda sudah merencanakan keuangan Anda? Sudahkah Anda mengevaluasi berbagai tujuan yang sudah Anda tetapkan sebelumya? Sekarang, apakah tujuan Anda sudah tercapai? Bila defisit, tingkatkan alokasi dana untuk tujuan tersebut. semoga bermanfaat.

Muhamad Ichsan, ChFC, MsFin
Sumber Pembelajar.com

* Muhamad Ichsan, ChFC, MsFin, adalah parkitisi dan akademisi di bidang perencanaan keuangan. Ia adalah Managing Partner pada PrimaPlanner dan Direktur Program IFPI, serta mengajar di Ubinus dan STAN. Ichsan dapat dihubungi melalui email: ichsan02@yahoo.com

Tidak ada komentar: